Arsip untuk Maret, 2010



10
Mar
10

RADIO FREQUENCY

Frekuensi radio menunjuk ke spektrum elektromagnetik di mana gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh pemberian arus bolak-balik ke sebuah antena. Di atas 300 ghz, penyerapan radiasi elektromagnetik oleh atmosfer bumi begitu besar sehingga atmosfer secara efektif menjadi “opak” ke frekuensi lebih tinggi dari radiasi elektromagnetik, sampai atmosfer menjadi transparan lagi pada yang disebut jangka frekuensi infrared dan jendela optikal.

Band elf, slf, ulf, dan vlf bertumpuk dengan spektrum af, sekitar 20–20,000 hz. Namun, suara disalurkan oleh kompresi atmosferik dan pengembangan, dan bukan oleh energi elektromagnetik. Penghubung listrik didesain untuk bekerja pada frekuensi radio yang dikenal sebagai penghubung RF. Rf juga merupakan nama dari penghubung audio/video standar, yang juga disebut bnc (bayonet neill-concelman).

Penggunaan hubungan nir-kabel (wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang elektromagnetik, baik berbentuk gelombang radio maupun cahaya. Di awal 1990an, ketika teknologi nir-kabel masih belum terlalu berkembang, beberapa organisasi, mulai dari bank sampai ke perguruan tinggi, sempat memanfaatkan modem optik berbasis sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-of-sight. Jarak di antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberapa ratus meter. Bandwidth yang dicapai bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila hujan turun atau bila polusi debu demikian buruknya, sehingga sinar laser terhalang jalannya.

Umumnya teknologi ini digunakan untuk menghubungkan dua gedung tingkat tinggi yang tidak terlalu jauh letaknya satu-sama-lainnya. Misalnya, antara gedung kedutaan besar negara asing dengan kantor konsulatnya di seberang jalan thamrin di jakarta. Jaraknya tidak sampai 50 meter dalam jangkauan pandang-langsung (line-of-sight). Alternatip ini murah, aman dan cepat-pasang. Saat itu, tahun 1990an, perizinan tidak diperlukan, kecuali dari pemilik gedung. Masalah utama yang dihadapi adalah pemeliharaan peralatan optik dan keterbatasan jarak pemanfaatannya. Debu dan kotoran lainnya adalah musuh utama yang sering mengotori lensa, apalagi di kawasan berpolusi tinggi seperti jalan thamrin.

Komunikasi data melalui gelombang cahaya umumnya beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat optik. Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong peningkatan popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang memerlukan bandwidth tinggi dan jarak dari pendek sampai ke jauh. Jarak-jangkau teknologi ini sudah semakin jauh dan pemanfaatannya sebagai pengganti copper-links semakin populer. Dalam bentuknya yang kini tersedia, teknologi nir-kabel telah semakin baik untuk penggunaan jarak-dekat. Mulai dari bluetooth sampai ke WiFi, produk-produknya semakin membanjiri pasar. Bukan saja penggunaannya menjadi semakin mudah, harga dan kapasitasnyapun semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarak dekat ke jauh, teknologi nir-kabel berkembang dari jarak jauh ke dekat. Masalah pengelolaan dan penggunaannyapun menjadi sangat sederhana, sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan pelatihan khusus. Ketersediaannya di pasar bebas juga semakin baik, dan dengan cepat dipadukan dengan spektrum produk teknologi informasi dan komunikasi, mulai dari PDA, laptop, sampai ke servers yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung perkantoran, hotel dan bahkan mal-mal perbelanjaan.

Di awal kehidupan republik ini, frekuensi radio dikelola alokasi dan pemantauannya oleh sebuah dewan komunikasi di tingkat nasional. Karena sejarah perjuangan kemerdekaan kita, dewan ini berhulu di angkatan bersenjata dan mempunyai kaitan erat dengan jawatan sandi yang mengatur transmisi dan penerimaan gelombang-gelombang radio yang penuh rahasia dan karenanya tidak boleh diakses oleh khalayak ramai. Cukup banyak yang perlu diatur: mulai dari alokasi frekuensi bagi keperluan-keperluan tentara, industri penerbangan, industri penyiaran, penelitian dan pengembangan, sampai kepada hobby, khususnya untuk mereka yang suka nge-break. Termasuk alokasi call-sign bagi telekomunikasi, frekuensi bagi piranti-piranti rumah-tangga yang antara lain mencakup microwave oven dan remote control untuk televisi dan mobil. Belum lagi uplink dan downlink ke dan dari satelit yang mengangkasa di atas bumi, hubungan ke dan dari kapal yang sedang melaut, pesawat yang sedang terbang, mobil taksi yang sedang melaju dan telepon selular yang dipakai secara mobile.

Pada dasarnya, semakin tinggi frekuensi radio, semakin jauh juga daya pancarnya. Akibatnya, frekuensi yang rendah umumnya digunakan untuk keperluan-keperluan berjarak dekat, seperti misalnya pemakaian untuk rumah-tangga.

Frekuensi yang tinggi umumnya digunakan untuk keperluan-keperluan berjarak jauh, sehingga akibatnya cukup ramai dan penuh-sesak dengan pemakaian tentara, komersial, akademis, dan hobby. Semakin tinggi peringkat industri sebuah negara, biasanya semakin tinggi pula struktur mekanisme regulasi dalam jajaran pemerintah negara tersebut. Di amerika misalnya, FCC (federal communications commission) adalah sebuah badan independen yang merupakan otoritas pengaturan frekuensi radio yang tertinggi. Ia lebih mirip dengan dewan komunikasi kita dulu. Sebagai badan, ia bertanggung-jawab atas semua regulasi dan memegang kata-akhir dalam perizinan.

Di Indonesia, fungsi ini pada hakekatnya dijalankan oleh sebuah direktorat dalam jajaran direktorat jendral pos dan telekomunikasi. Ada beberapa untung dan ruginya struktur regulator seperti ini. Segi positipnya antara lain adalah kesederhanaan struktur, dan akibatnya beranggaran rendah, serta koordinasi yang pekat sekali dengan otorita telekomunikasi. Sisi negatipnya antara lain adalah independensi yang rendah sekali, kemampuan penelitian dan pengembangan substansi yang terbatas, dan hubungan dengan industri yang tidak begitu leluasa. Keterbatasan dalam berantarmuka dengan industri ini mengakibatkan tata-niaga yang kurang leluasa untuk mendukung peningkatan mutu dan cakupan usaha. Yang sangat perlu kita sadari adalah bahwa cakupan frekuensi radio sebagai komoditas dan peluang usaha adalah demikian musykil dan lebar, sehingga perlu dikelola secara sistemik dan utuh. Kaitannya dengan berbagai industri, termasuk antara lain penyiaran, perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata, membuat frekuensi radio dan pengaturannya menjadi teramat penting. Belum lagi sisi enforcement dari regulasi ini akan memerlukan kerjasama dengan jajaran kepolisian dan peradilan. Belum lagi bila ditinjau dari konvergensi industri yang menyangkut frekuensi radio ini. Bersatunya penyiaran dan telematika dari sisi teknologi dan tata-niaga belum diantisipasi dengan baik di negara kita. Keterbatasan yang kemungkinan berasal dari koridor penalaran yang belum memadai ini, akan terus dan bahkan mungkin semakin menghambat perkembangan kemampuan dan pemanfaatan frekuensi radio di indonesia. Regulatory platform kita, yang diejawantahkan dalam ruu penyiaran dan uu telekomunikasi, belum menunjukkan basis yang cukup kuat untuk menunjang konvergensi tersebut. Di lain pihak, otonomi daerah akan menambah kemusykilan yang dihadapi: berhakkah pemerintah daerah nantinya ikut mengatur perizinan dan pungutan terkait untuk piranti dan kelengkapan transmisi frekuensi radio yang berbasis di daerah masing-masing.

Teknologi jaringan saat ini telah berkembang dengan pesat. Berbagai macam teknologi telah di kembangkan untuk membantu manusia dalam berkomunikasi. Kalau pada era tahun 80-an teknologi jaringan komputer hanya mengandalkan teknologi jaringan berbasis kabel. Saat ini kalau kita perhatikan mulai banyak perusahaan yang mulai menerapkan teknologi tanpa kabel (wireless) atau yang biasa di sebut dengan Wireless Fidelity (WiFi).

Jaringan Wireless LAN (WLAN/jaringan lokal tanpa kabel )

Secara umum terdapat 2 jenis konfigurasi untuk jaringan berbasis WLAN, yaitu:

  • Ad-hoc

Pada jaringan ini, komunikasi antara satu perangkat komputer satu dengan yang lain dilakukan secara spontan/ langsung tanpa melalui konfigurasi tertentu selama sinyal dari access point dapat di terima dengan baik oleh perangkat-perangkat komputer di dalam jaringan ini.

  • Berbasis infrastruktur

Pada jaringan ini, satu ata lebih access point (aps) menghubungkan jaringan WLAN melalui jaringan berbasis kabel. Jadi pada jenis jaringan ini, untuk melayani perangkat komputer di dalam jaringannya, maka access point memerlukan koneksi ke jaringan berbasis kabel terlebih dahulu.

Standar 802.11 juga menentukan frekuensi yang dapat digunakan oleh jaringan WLAN. Misalnya untuk industrial, scientific, dan medical (ISM) beroperasi pada frekuensi radio 2,4GHz. 802.11 juga menentukan tiga jenis transmisi pada lapisan fisik untuk model open system interconnection (OSI), yaitu: direct-sequence spread spectrum (DSSS), frequency-hopping spread spectrum (FHSS), dan infrared (IR).

Kita telah mengetahui dan mengenal tentang local area network (LAN), dimana ia merupakan jaringan yang terbentuk dari gabungan beberapa komputer yang tersambung melalui saluran fisik (kabel). Seiring dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan untuk akses jaringan yang mobile (bergerak) yang tidak membutuhkan kabel sebagai media tranmisinya, maka muncullah wireless local area network (Wireless LAN/WLAN).

Jaringan lokal tanpa kabel atau WLAN adalah suatu jaringan area lokal tanpa kabel dimana media transmisinya menggunakan frekuensi radio (RF) dan infrared (IR), untuk memberi sebuah koneksi jaringan ke seluruh pengguna dalam area disekitarnya. Area jangkauannya dapat berjarak, misalkan dari ruangan kelas ke seluruh kampus atau dari kantor ke kantor yang lain dan berlainan gedung. Peranti yang umumnya digunakan untuk jaringan WLAN termasuk di dalamnya adalah PC, laptop, PDA, telepon seluler, dan lain sebagainya. Teknologi WLAN ini memiliki kegunaan yang sangat banyak. Contohnya, pengguna mobile bisa menggunakan telepon seluler mereka untuk mengakses e-mail. Sementara itu para pelancong dengan laptopnya bisa terhubung ke internet ketika mereka sedang di bandara, kafe, kereta api dan tempat publik lainnya.

Spesifikasi yang digunakan dalam WLAN adalah 802.11 dari IEEE dimana ini juga sering disebut dengan WiFi (wireless fidelity) standar yang berhubungan dengan kecepatan akses data. Ada beberapa jenis spesifikasi dari 802,11 yaitu 802.11b, 802.11g, 802.11a, dan 802.11n media transmisi WLAN ada 2 media transmisi yang digunakan oleh jaringan lokal tanpa kabel ini yaitu :

1. Frekuensi radio (RF)
Penggunaan RF tidak asing lagi bagi kita, contoh penggunaannya adalah pada stasiun radio, stasiun tv, telepon cordless dll. RF selalu dihadapi oleh masalah spektrum yang terbatas, sehingga harus dipertimbangkan cara memanfaatkan spektrum secara efisien. WLAN menggunakan RF sebagai media transmisi karena jangkauannya jauh, dapat menembus tembok, mendukung mobilitas yang tinggi, meng-cover daerah jauh lebih baik dari IR dan dapat digunakan di luar ruangan. WLAN, di sini, menggunakan pita ISM dan memanfaatkan teknik spread spectrum (DS atau FH). DS adalah teknik yang memodulasi sinyal informasi secara langsung dengan kode-kode tertentu (deretan kode pseudonoise/PN dengan satuan chip). FH adalah teknik yang memodulasi sinyal informasi dengan frekuensi yang loncat-loncat (tidak konstan). Frekuensi yang berubah-ubah ini dipilih oleh kode-kode tertentu (PN).

2. Infrared (IR)
Infrared banyak digunakan pada komunikasi jarak dekat, contoh paling umum pemakaian IR adalah remote control (untuk televisi). Gelombang IR mudah dibuat, harganya murah, lebih bersifat directional, tidak dapat menembus tembok atau benda gelap, memiliki fluktuasi daya tinggi dan dapat diinterferensi oleh cahaya matahari. Pengirim dan penerima IR menggunakan light emitting diode (LED) dan photo sensitive diode (PSD). WLAN menggunakan IR sebagai media transmisi karena IR dapat menawarkan data rate tinggi (100-an Mbps), konsumsi dayanya kecil dan harganya murah. WLAN dengan IR memiliki tiga macam teknik, yaitu Directed Beam IR (DBIR), Diffused IR (DFIR) dan Quasi Diffused IR (QDIR).

1. DBIR
Teknik ini memanfaatkan komunikasi melalui pantulan. Keunggulannya adalah tidak memerlukan line of sight (los) antara pengirim dan penerima dan menciptakan portabelitas terminal. Kelemahannya adalah membutuhkan daya yang tinggi, data rate dibatasi oleh multipath, berbahaya untuk mata telanjang dan resiko interferensi pada keadaan simultan adalah tinggi.

2. DBIR
Teknik ini menggunakan prinsip los, sehingga arah radiasinya harus diatur. Keunggulannya adalah konsumsi daya rendah, data rate tinggi dan tidak ada multipath. Kelemahannya adalah terminalnya harus fixed dan komunikasinya harus los.

3. QDIR
Setiap terminal berkomunikasi dengan pemantul, sehingga pola radiasi harus terarah. QDIR terletak antara DFIR dan DBIR (konsumsi daya lebih kecil dari DFIR dan jangkaunnya lebih jauh dari DBIR).

WLAN dengan RF memiki beberapa topologi sebagai berikut :

1. Tersentralisasi
Nama lainnya adalah star network atau hub based. Topologi ini terdiri dari server dan beberapa terminal pengguna, di mana komunikasi antara terminal harus melalui server terlebih dahulu. Keunggulannya adalah daerah cakupan luas, transmisi relatif efisien dan desain terminal pengguna cukup sederhana karena kerumitan ada pada server. Kelemahannya adalah delay-nya besar dan jika server rusak maka jaringan tidak dapat bekerja.

2. Terdistribusi

Dapat disebut peer to peer, di mana semua terminal dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa memerlukan pengontrol (servers). Di sini, server diperlukan untuk mengoneksi WLAN ke lan lain. Topologi ini dapat mendukung operasi mobile dan merupakan solusi ideal untuk jaringan Ad-hoc. Keunggulannya jika salah satu terminal rusak maka jaringan tetap berfungsi, delay-nya kecil dan kompleksitas perencanaan cukup minim. Kelemahannya adalah tidak memiliki unit pengontrol jaringan (kontrol daya, akses dan timing).

3. Jaringan Selular
Jaringan ini cocok untuk melayani daerah dengan cakupan luas dan operasi mobile. Jaringan ini memanfaatkan konsep microcell, teknik frequency reuse dan teknik handover. Keunggulannya adalah dapat menggabungkan
keunggulan dan menghapus kelemahan dari ke dua topologi di atas. Kelemahannya adalah memiliki kompleksitas perencanaan yang tinggi.

Throughput adalah ukuran beban dari sistem tersebut berupa presentase waktu yang diperlukan dalam mengirim sejumlah pesan melewati sambungan komunikasi data. Keluaran dari sistem harus setinggi mungkin agar pemakaian jalur dan terminal yang sangat mahal dapat diperoleh secara maksimum. Terminal-terminal harus dapat dioperasikan semudah mungkin untuk mengurangi faktor kesalahan manusia dan juga mempertinggi kecepatan operasi.

Seperti halnya dengan sistem jaringan komputer berkabel, throughput yang sebenarnya dalam jaringan komputer nirkabel tergantung pada produk dan jenis set-up. Faktor-faktor yang mempengaruhi throughput termasuk jumlah pengguna, faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan misalnya jarak dan multipath, tipe jaringan komputer nirkabel yang digunakan, seperti latency dan bottleneck pada bagian jaringan komputer berkabel. Rate data untuk kebanyakan jarinagn komputer nirkabel komersial adalah sekitar 1.6Mbps. Para pengguna topologi ethernet tradisional atau token ring biasanya merasakan sedikit perbedaan ketika menggunakan jaringan komputer nirkabel. Jaringan komputer nirkabel menyediakan throughput yang cukup untuk kebanyakan aplikasi jaringan komputer kantoran, termasuk pertukaran electronic mail (e-mail), akses ke peralatan bersama, misalkan printer, akses internet, dan akses untuk database dan aplikasi multi-user. Sebagai perbandingan, jika sebuah modem terbaru dengan teknologi V.90 mengirim dan menerima data pada data rate 56.6 Kbps, maka dalam hal throughput sebuah jaringan komputer nirkabel beroperasi pada 1.6Mbps artinya hampir tiga puluh kali lebih cepat.

Referensi : Dari berbagai sumber.




Maret 2010
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031